“Pendamlah wajahmu dalam tanah tak
dikenal, karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tak ditanam (terlebih dahulu) buahnya takkan sempurna.” –
Al-hikam
Kenal benar aku akan makna dari
kata-kata itu.
Karena ia yang selalu terlihat
kian bahagia, kuat, serta beruntung di atas panggung itu sesungguhnya rapuh,
penyakitan, dan teramat sering menangis di balik tirai. Demi meriahkan
panggung.
Namun bila tak ada tirai
menghalangi, takkan pernah ada tawa-tawa dan bahagia mata yang memandang karena ia yang selalu tersenyum bahagia di atas panggung. Bila ia bersedih, artinya
suasana hati yang melihatpun akan suram dan menyedihkan.
Begitupun dengan sang benih.
Takkan tumbuh pohon yang bermanfaat bila benihnya tak bekorban untuk ditanamkan
terlebih dahulu.
Takkan pula kupu-kupu terindah
berkeliling dunia bila sang ulat tak bekorban agar tak makan, minum, dan
bergerak. Malah ia dikurung oleh selaput yang begitu sempitnya.
Oh tuhan! Tak sedikitpun saya
tahu masa depan, akankah dia yang hanya berjuang di balik tirai itu benar-benar akan ditunggu-tunggu kehadirannya di atas panggung. Ataukah tetap
dibalik tirai, semakin rapuh, dan akhirnya mati tanpa seorang pun tahu?
0 Comments
Posting Komentar