Berbicara tentang perpisahan, "Adakah di antara kalian yang suka dengan perpisahan?"

Mungkin sebagian besar akan jawab ga suka. Mau gimanapun kita nyiapin perpisahan, sebaik apapun itu, perpisahan akan tetap jadi hal menyakitkan yang buat dada sesak dan jantung berdetak kencang ga karuan.

Namun kita juga harus sadar mau gimanapun kita nolak atau benci perpisahan, ia pasti tetap bakal terjadi. Karna ga ada yang abadi. Karena jelas disetiap ada pertemuan pasti diiringi perpisahan. Cepat atau lambat.

Tapi ga selamanya perpisahan itu buruk. Bila diibaratkan hidup ini sebagai sebuah kisah, maka jelaslah perpisahan itu sebagai akhir dari salah satu bagian, salah satu episode atau bab. Artinya seusai itu kita akan masuk bagian selanjutnya dengan cerita yang baru, dengan orang yang baru, dan dengan suasana yang baru.

Kisah yang baru itu akan kita jalani dengan kenangan dan pelajaran dari perpisahan yang lalu. Artinya secara ga sengaja kita butuh dengan hal itu.

... 

Namun perpisahan itu hanyalah tentang rasa. Tentang gimana cara kita memaknai dan ngerasainnya. 

Juga kematian, bahkan mati pun hanyalah hal semu. Karna tidaklah mati seseorang bila hanya raganya terkuburkan, namun masih kita bisa merasakan bahwa ia dekat melalui detak jantung yang semakin kencang saat teringat mereka atau rasa-rasa sedih yang membuat kita mengharapkan mereka bisa terus ada di samping kita.

Bukan berarti ia hantu atau ruhnya yang tampakkan diri, tapi dari dalam hati, masih jelas terasa bahwa kita dekat dengannya. Lewat rindu yang kita rasa, mereka sampaikan bahwa mereka ada didekat kita.

Dan kawan, kita akan benar-benar berpisah dan seseorang akan benar-benar mati waktu kita ga lagi sedikitpun merasakan rindu pada mereka. Dan rasa rindupun akan pudar bila tak pernah kita sampaikan rindu itu pada langit lewat doa-doa.

...

Setidaknya itulah pendapat gua tentang perpisahan. Tapi sampe sekarang, entah kenapa perpisahan itu tetap jadi rating pertama untuk hal-hal yang paling dibenci dan paling ditakutin.