Bingung. Gelisah. Sedih. Kesal. Kecewa. Ntahlah, sungguh saya bingung harus memulai semuanya dari mana. Bahkan otakpun bingung apa yang ingin di mulai. Mulai melakukan atau mulai menceritakan.
Apakah tentang mengejar dan memperjuangkan kisah cinta yang begitu rumit?
Apakah dari hal-hal tak teramat penting yang selalu saja membuang-buang waktu, yang kondisinya tanggung jawabku teramat besar di sana?
Apakah tentang jalan yang saat ini begitu terasa dan saya pun begitu yakin bahwa kaki sudah mulai melangkah pada jalur perjuangan yang benar?
Atau apakah dari kesadaran diri bahwa hati sudah begitu kerasnya dan ruh sudah begitu jauhnya dari sang pencipta, sehingga seluruh tubuh dan fikiran sepakat agar perlahan saya harus belajar memperbaiki diri?
...
Yang membuatku gelisah adalah kenyataan bahwa kesemuanya tak ada senggang atau toleransi. Kesemuanya membutuhkan tubuh dan fikiran seutuhnya. Padahal ketika memilih cinta sekaligus tanggung jawab tersebut, saya anggap bahwa keduanya akan saling mendukung dan menguatkan.
Namun kenyataannya berbeda, justru keduanya saling menuntut dan sungguh memaksa.
...
Ada masanya saya ingin berlari dan hanya menjalani kehidupan normal dengan cara mendekatkan diri kepada sang pencipta saja. Namun, tak bisa. Saya tidak boleh meninggalkan kehidupan hanya untuk beribadah karena katanya yang paling beruntung adalah orang yang paling bermanfaat di antara sesamanya.
Maka di sinilah saya, dengan segala kesukaran di dalam hati memutuskan untuk tetap tegar berusaha demi menjadi orang yang baik. Baik dalam artian membantu mereka, bukan menjadi seorang yang baik-baik. Saya tetaplah manusia liar yang tak ingin dikekang, tak ingin terikat, dan tak ingin diatur orang lain. Saya akan tetap jalani hidup sesuai kata hati.
Yang membuatku gelisah adalah kenyataan bahwa kesemuanya tak ada senggang atau toleransi. Kesemuanya membutuhkan tubuh dan fikiran seutuhnya. Padahal ketika memilih cinta sekaligus tanggung jawab tersebut, saya anggap bahwa keduanya akan saling mendukung dan menguatkan.
Namun kenyataannya berbeda, justru keduanya saling menuntut dan sungguh memaksa.
...
Ada masanya saya ingin berlari dan hanya menjalani kehidupan normal dengan cara mendekatkan diri kepada sang pencipta saja. Namun, tak bisa. Saya tidak boleh meninggalkan kehidupan hanya untuk beribadah karena katanya yang paling beruntung adalah orang yang paling bermanfaat di antara sesamanya.
Maka di sinilah saya, dengan segala kesukaran di dalam hati memutuskan untuk tetap tegar berusaha demi menjadi orang yang baik. Baik dalam artian membantu mereka, bukan menjadi seorang yang baik-baik. Saya tetaplah manusia liar yang tak ingin dikekang, tak ingin terikat, dan tak ingin diatur orang lain. Saya akan tetap jalani hidup sesuai kata hati.
0 Comments
Posting Komentar